Memahami alam semesta dari perpektive ilmu pengetahuan Fisika

Memahami alam semesta dari perpektive ilmu pengetahuan Fisika
Catatan Wawan Setiawan
———

Albert Einstein, tokoh fisikawan yang idenya telah merevolusi fisika Newtonian Mechanic atau fisika makroskopik yang banyak ditheorykan oleh Newton, pernah menyatakan bahwa “There are only two ways to live your life. One is as though nothing is a miracle. The other is as though everything is a miracle”. Pandangan Eisntein ini bisa saya terjemahkan bahwa kita bisa melihat alam semesta dan dinamika-nya baik secara magic atau atas kehendak tuhan, atau kita melihat alam semesta dan dinamika-nya dengan perspektife hukum hukum fisika.

Kalau kita mempelajari konsep konsep fisika yang diajarkan oleh Albert Einstein, maka kita akan mendapat perspektive lain tentang alam semesta ini. Albert Einstein semula pernah mengatakan “Science without religion is lame, religion without science is blind”, statemen ini disampaikan oleh Albert Einstein ketika masih cukup muda, sekitar tahun 1920-1930, namun setelah Einstein cukup tua, di tahun 1954, dia menyatakan “: “The word god is for me nothing more than the expression and product of human weaknesses, the Bible a collection of honourable, but still primitive legends which are nevertheless pretty childish. No interpretation no matter how subtle can (for me) change this.”

Selain itu pada tanggal 24 April 1929, Albert Einstein menyatakan bahwa “I believe in Spinoza’s God, who reveals himself in the harmony of all that exists, not in a God who concerns himself with the fate and the doings of mankind.”

Spinoza atau Baruch Spinoza adalah seorang yahudi belanda yang menjadi filsuf di era Renaissance atau pencerahan Eropa di abad 17. Spinoza beranggapan bahwa alam semesta adalah perwujudan akan tuhan sendiri, Baruch Spinoza menyatakan “Deus Sive Natura” bahwa alam semesta ini natura naturans, yang artinya alam semesta ini sangat dinamik, berkembang, dan terus berubah. Baruch Spinoza juga menjadi tokoh penting bagi pemikir monism materialism, menurut Baruch Spinoza, tuhan atau God adalah matter dan subtance-nya, keduanya tidak bisa dipisahkan karena satu kesatuan.

Filsafat monism materialism ini kemudian berkembang pesat di abad 18 dan 19, terutama dikembangkan oleh Ludwig Feuerbach, tokoh atau bapak Materialism dari Jerman, yang menjungkirbalikan filsafat idealisme dari filsuf Jerman GWF Hegel, serta juga dikembangkan oleh Karl Marx, maupun Lenin. Filsafat ini begitu mendominasi di awal abad 19, dan sangat berjasa diantaranya mengembangkan ilmu pengetahuan terutama neurosains.

Kembali kepada Albert Einstein, Einstein dikenal karena rumus fisikanya e=mc^2, rumus Fisika ini bisa diterjemahkan bahwa segala benda di alam semesta ini adalah berupa energi belaka, atau semua benda di alam semesta merupakan atau tersusun oleh energi yg dipadatkan. Theori String, yang menjadi perkembangan theori mekanika kuantum juga menganggap bahwa segala benda di alam semesta ini adalah gelombang atau wave belaka, dan didalam fisika, relasi atau hubungan antara partikel, gelombang dan energi merupakan satu kesatuan, atau setiap partikel mempunyai energi dan juga mempunyai wave atau gelombang. Hal ini juga diperkuat didalam theory wave-particle duality, bahwa setiap partikel bisa beraksi menjadi gelombang maupun sebaliknya.

Dengan demikian, menurut fisika, bahwa segala benda yang sebenarnya tersusun oleh energi atau gelombang, tidak bisa diciptakan atau dimusnahkan, karena energi atau gelombang itu kekal. Hal ini yang membedakan dengan pengetahuan agama, yang masih menganggap alam semesta diciptakan oleh Tuhan. Didalam fisika memang mengenal adanya big bang, atau awal mula terciptanya alam semesta, tapi sebelum terjadi big bang, sudah ada energi atau higgs boson, partikel elementer yang dianggap sebagai partikel yg membuat benda menjadi mempunyai massa.

Untuk itulah kalau banyak fisikawan yang atheis, atau setidaknya world view-nya pantheism atau Spinozism, seperti Albert Einstein atau Erwin Schrodinger, sedangkan fisikawan seperti Richard Feynman, Niels Bohr, Louis De Broglie, Peter Higgs penemu Higgs Boson, ataupun fisikawan popular Stephen Hawking, mempunyai world view atheis.

Richard Feynman sendiri, yang dianggap jenius fisika setelah Albert Einstein, menganggap bahwa di alam semesta ini terbentuk oleh atom atom, arau partikel partikel yg jika dicacah terus menerus maka akan menjadi unit yg lebih kecil lagi, dan atom atom ini saling berinteraksi sehingga alam semesta bergerak secara dinamis, dan kalau merunut mekanika kuantum, unit kecil partikel atau atom ini bergerak secara uncertainty. Hal ini memang aneh, karena di fisika makroskopik terkesan deterministik, sedangkan di fisika mekanika kuantum atau fisika yang mempelajari atom dan unit kecilnya, dinyatakan bahwa gerak partikel itu uncertainty.

Dengan demikian, kaum fisikawan mempunyai world view atau cara pandang tersendiri terhadap alam semesta, cara pandang mereka utamanya didasarkan oleh empirisme, atau pembuktian yang bisa di indera.

Leave a comment