Monthly Archives: October 2023

Ingin merubah warna rambut secara natural melalui CRISPR?

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Minggu, 29 Oktober 2023

Baca lengkap dengan klik tautan Referensi dan Link yang menarik: https://teknovasi.org/2023/10/29/ingin-merubah-warna-rambut-secara-natural-melalui-crispr/

Uraian Singkat:

Secara natural, mengubah DNA cukup sulit, DNA bisa bermutasi akibat radiasi sekelas nuklir atau recombine karena perkawinan.

Namun saat ini CRISPR sudah bisa dilakukan oleh manusia dewasa, sehingga mau merubah warna rambut secara natural-pun bisa dilakukan.

Selain edit DNA, sampai penggabungan/recombine lebih dari 2 DNA juga bisa dilakukan, dengan secara langsung direkayasa recombine 3 atau lebih DNA, atau dengan cara recombine bertahap, bukan langsung 3 recombine, tapi 2 recombine dan kemudian di recombine terhadap 1 DNA baru kembali, demikian terus menerus.

Kombinasi recombine banyak DNA dengan CRISPR yang melakukan eliminasi kode yg dianggap “salah” bisa menuntun manusia mempunyai ideal DNA-nya.

Referensi:

RECOMBINATION OF DNA

Epigenetics: The Interplay of Nature and Nurture

Nature and nurture effects on the spatiality of the mental time line

The nature and nurture of education

Link penting yg berkaitan:

Biologi (Genetika): DNA, RNA, dan Kromosom

Brain Plasticity dan Epigenetik

Penyembuhan penyakit kompleksitas mental manusia masa depan mempunyai banyak solusi.

Teknovasi Youtube Webinar – Menuju era Transhuman bersama dr. Ryu Hasan

Transhuman, Penggantian Organ Biologis Untuk Hidup Abadi

Transhuman, Retro-Biosciences Menawarkan Perpanjangan Umur sampai 10 Tahun

Sehat dan Cerdas di era Quantum Life…

Wawan Setiawan – Forum Teknologi Inovasi Arsip Blog sejak tahun 2014

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor: 

PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

PT. Broadband Indonesia Pratama (BIPNET) – Internet Service Provider

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

Brain Computer Interface Invasive dan Aplikasi terpentingnya saat ini

Brain Computer Interface Invasive dan Aplikasi terpentingnya saat ini

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Minggu, 29 Oktober 2023

Baca lengkap (bisa klik semua tautan referensi dan link yang berkaitan): https://teknovasi.org/2023/10/29/brain-computer-interface-invasive-dan-aplikasi-terpentingnya-saat-ini/

Uraian Singkat:

BCI saat ini sudah di era Invasive/implant otak, implikasinya mempunyai akurasi jauh lebih tinggi daripada yg non-invasive.

Perkembangan Teknologi Inovasi, pasti digunakan untuk militer terlebih dahulu, demikian juga dengan BCI yang secara tidak human ethical dipasang di Tentara untuk memanipulasi otak ketakutannya.

Poligraph adalah istilah lain dari Lie Detector, Polygraph kuno menggunakan EEG, bagi orang orang terlatih yg bekerja di Intelijen negara sangat mudah untuk dikelabui. 

Namun Polygraph P300 System yg berbasis visual atau imaging otak sulit untul dikelabui dan akurasinya sangat tinggi.

Referensi:

A Survey for Lie Detection Methodology Using EEG Signal Processing

Brain Computer Interface Technology In Polygraphy

Lie Detection Based EEG-P300 Signal Classified by ANFIS Method

Responsible Innovation in Social Epistemic Systems: The P300 Memory Detection Test and the Legal Trial

Note: Untuk PDF khusus Invasive BCI untuk Lie Detector sedang saya request ke ResearchGate, harganya sekitar usd 15 untuk sekitar 76 PDF yang sudah mereka zip kompress. Nanti akan saya kembangkan tulisan setelah request di approve.

Link yang berkaitan: 

Cybersecurity di Brain Computer Interface

Quantum, AI dan Cybersecurity

Penyembuhan penyakit kompleksitas mental manusia masa depan mempunyai banyak solusi. 

Teknovasi Youtube Webinar – Menuju era Transhuman bersama dr. Ryu Hasan

Mungkinkah Brain Computer Interface Membantu Disabilitas Indonesia?

Masa Depan Teknologi AI ataupun Transhuman Tidak Segelap Yang Kita Bayangkan

Wawan Setiawan – Forum Teknologi Inovasi Arsip Blog sejak tahun 2014

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor: 

PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

PT. Broadband Indonesia Pratama (BIPNET) – Internet Service Provider

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

AGI Belajar Multibahasa

AGI Belajar Multibahasa

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Jumat, 27 Oktober 2023

Baca lengkap artikel (bisa baca tautan): https://teknovasi.org/2023/10/27/agi-belajar-multibahasa/

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor: 

PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

PT. Broadband Indonesia Pratama (BIPNET) – Internet Service Provider

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

———-

Saat ini, kemajuan AI ditopang lagi dengan AGI Artificial General Intelligence. AGI juga mulai dibangun untuk menjadi AI yang bisa mempelajari banyak bahasa seperti halnya Kecerdasan Manusia. 

ChatGPT OpenAI, memang telah menjadi general Chatbot yang bisa banyak bahasa, namun teknologi di belakangnya, selain bahasa Inggris, bahasa lain melalui konversi dulu ke dalam bahasa Inggris.

Namun saat ini, AI dikembangkan untuk bisa juga belajar multi bahasa layaknya manusia, belajar vocabulary baru dan belajar serta bercakap cakap dengan penggunanya secara native meski sudah bukan bahasa Inggris.

Pada tujuannya, pengembangan AI memang mencoba membuat artifisial kecerdasan manusia apa saja. 

Dari Deeplearning, sebagai artifisial nalar manusia, sampai DeepDreaming untuk artifisial imajinasi kreativas manusia.

Kelebihan lainnya, AI juga sudah masuk untuk membuat artificial emosi manusia.

Namun tentu saja karena ini sifatnya modular, maka bisa saja disetting fleksibel, AI berbasis penalaran rasional manusia tidak perlu di install AI artifisial emosi, sedangkan AI sesuai Turing Test, atau AI yang bercakap cakap dengan manusia bisa di-install module emosi tambahan agar semakin harmless didalam komunikasi dengan manusia.

Sementara, didalam penjelasan neuroscience modern, khususnya bidang study BioPhysics, otak manusia ter-entangled oleh semua bagian, baik bagian emosi, bagian rational thinking, dan lainnya, sehingga semua pemikiran manusia di hantui bias yang cukup besar. 

Link yang berkaitan:

Entangled Brain, otak yang mengikat semua proses dan atheisme di Indonesia.

Derajad Kreativitas untuk Inovasi atau Invensi

Artificial General Intelligence (AGI)

Permanent Revolusi Pendidikan

Brain Plasticity dan Epigenetik

Scientific philosophy, Akulturasi budaya dan Kompleksitas Perspektive Modern Science

Biophysics

Abiogenesis (Origin Of Life)

Teknovasi Youtube Review: Webinar “Menuju era Transhuman”

Teknovasi Youtube Review – Teknovasi Webinar: Bedah Buku Madilog Karya Tan Malaka

Sehat dan Cerdas di era Quantum Life…

Review Majalah Nature: “Research Intelligence” dan sedikit bahasan lagi tentang IQ

Penyembuhan penyakit kompleksitas mental manusia masa depan mempunyai banyak solusi. 

Teknovasi Youtube Clip 60 Detik: Webinar “Menuju era Transhuman”

Manfaat Kecerdasan Spiritual – Spiritual, AI, dan Neuromorphic

Bagaimana nasib kecerdasan manusia masa depan kalau interaksi neural neuron-nya ternyata lambat?

Teknovasi Youtube Webinar – ChatGPT Dalam Tinjauan Neuroscience Bersama dr. Ryu Hasan

Pengalaman Impressive Mendeterminasi Masa Depan

Webinar “Menuju era Transhuman …” (4) Perkembangan Quantum Neural Network

Quantum, AI dan Cybersecurity

Relasi Pengembangan Vice Versa AI, Quantum Computing, dan Transhuman

QNET, salah satu solusi Quantum AI untuk era Quantum saat ini…

Quantum Neural Network untuk Akselerasi AI Klasifikasi, Regresi, dan Generative Modelling

Neural Network dan Entanglement

Memahami Komputasi dan AI dari pondasi karakter fundamental penyusun hardware untuk membuat optimalisasi sampai ke AI

Wawan Setiawan – Forum Teknologi Inovasi Arsip Blog sejak tahun 2014

Entangled Brain, otak yang mengikat semua proses dan atheisme di Indonesia.

Entangled Brain, otak yang mengikat semua proses dan atheisme di Indonesia.

A. Otak kita yg ter-entangled, membuat semua proses berpikir manusia secara serentak melibatkan bagian bawah sadar, sadar, Cerebrum IQ, emosi (amygdala), Pineal (Spiritual), sampai batang otak reptile kita yang meregulasi ketakutan dan insting survival.

B. Otak kita secara evolusioner ingin selalu mencari kenyamanan, kenyamanan adalah ranah emosional. 

C. Perlindungan HAM terhadap semua penganut kepercayaan di Indonesia, menganut kepercayaan apa saja selama nyaman adalah bagus untuk otak kita.

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Jumat, 27 Oktober 2023

Baca lengkap: https://teknovasi.org/2023/10/27/entangled-brain-otak-yang-mengikat-semua-proses-dan-atheisme-di-indonesia/

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor: 

PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

PT. Broadband Indonesia Pratama (BIPNET) – Internet Service Provider

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

————

Ilmu neuroscience modern, setelah kajiannya di mikroskopikan skala material syarafnya, sangat besar kemungkinannya bekerka secara entangled.

Semua komponen otak manusia, otak bagian emosi (Amygdala), Prefrontal Cortex, Cerebrum sebagai IQ regulator, Batang otak, otak bawah sadar dan kesadaran, dalam skala mendekati Quantum bekerja secara konek/entangled, artinya tidak ada bagian otak yang terlebih dahulu bekerja untuk otak lainnya. 

Eksperimen Benjamin Libet, tahun 1980-an dengan menggunakan Wearable EEG yang mengulas otak bawah sadar sekitar rata rata 500ms atau setengah detik bekerja dan kemudian dikirim ke otak kesadaran, sepertinya sudah menjadi ilmu yg obsolete.

Dengan terkoneksinya jaringan syaraf manusia secara entangled, maka tentu saja semua produk berpikir manusia, serasional logis apapun akan tetap terikat otak emosi, bawah sadar, sampai batang otak yang secara evolusioner masih sama dengan otak reptile, atau otak survival.

Desain evolusioner otak kita juga tidak terdesain untuk membedakan benar dan salah, tapi nyaman atau tidak, dan nyaman dan tidak adalah sebuah proses emosional.

——-

Saat ini, di Indonesia sesudah amandemen Konstitusi dasar, tercantum dalam pasal 28e ayat 2 yang berbunyi: 

“Setiap orang berhak atas kebebasan meyakini kepercayaan, menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.”

Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia pasal 18 menyatakan setiap orang berhak berganti agama atau kepercayaan. pasal 18 mencakup melindungi mereka yang berganti agama menjadi tidak beragama. 

Ditambah penjelasan Pak Mahfud MD ketika masih di Mahkamah Konstitusi, menegaskan bahwa Indonesia, mengakui secara formal 6 agama, dan juga semua kepercayaan, bahkan Atheisme merupakan hak asasi.

Indonesia tidak melarang secara tertulis menjadi ateis namun seorang ateis dilarang menyebarkan ajaran ateis di Indonesia dan bisa terkena pasal pidana.

“Mempidanakan hak asasi penganut atheis justru melanggar HAM”, demikian Pak Mahfud menjelaskan.

Namun, secara budaya, nilai dan kepercayaan tradisional di Indonesia, tidak mengenal nilai dan kepercayaan atheisme modern. 

Namun saya bisa nyaman menganutnya karena ada faktor bahwa dari mertua saya Maria Yastrebova sampai anak saya Alexandra Kuznetsova Setiawan, semuanya secara nilai dan kepercayaan menganut moderate atheisme, sehingga saya nyaman saja secara emosional didalam menganutnya.

Namun bagi yg tidak punya ikatan emosional terhadap kepercayaan ini, wajib mempertimbangkan apakah menganut kepercayaan ini nyaman di Indonesia?

Mungkin perlu minimal 10x didalam merenungkan hal ini 😉

Desain evolusioner otak manusia mencari kenyamanan yang terikat oleh emosionalnya. 

Link yang berkaitan:

Derajad Kreativitas untuk Inovasi atau Invensi

Artificial General Intelligence (AGI)

Permanent Revolusi Pendidikan

Brain Plasticity dan Epigenetik

Scientific philosophy, Akulturasi budaya dan Kompleksitas Perspektive Modern Science

Biophysics

Abiogenesis (Origin Of Life)

Teknovasi Youtube Review: Webinar “Menuju era Transhuman”

Teknovasi Youtube Review – Teknovasi Webinar: Bedah Buku Madilog Karya Tan Malaka

Sehat dan Cerdas di era Quantum Life…

Review Majalah Nature: “Research Intelligence” dan sedikit bahasan lagi tentang IQ

Penyembuhan penyakit kompleksitas mental manusia masa depan mempunyai banyak solusi. 

Teknovasi Youtube Clip 60 Detik: Webinar “Menuju era Transhuman”

Manfaat Kecerdasan Spiritual – Spiritual, AI, dan Neuromorphic

Bagaimana nasib kecerdasan manusia masa depan kalau interaksi neural neuron-nya ternyata lambat?

Teknovasi Youtube Webinar – ChatGPT Dalam Tinjauan Neuroscience Bersama dr. Ryu Hasan

Pengalaman Impressive Mendeterminasi Masa Depan

Wawan Setiawan – Forum Teknologi Inovasi Arsip Blog sejak tahun 2014

Science, Methodologi dan Paul Feyerabend

Science, Methodologi dan Paul Feyerabend

A. Logika dan Science semula dikonsep methodologinya menjadi lebih ketat agar lebih presisi hasil, abad 17 filsafat empirisme dimasukan, dan menandai lompatan lahirnya atheisme modern Eropa.

Kalau konsep ini di “dogmakan”, maka untuk mengukur/menalar secara mudah akurasi Science adalah melihat dari turunan semua “inovasi teknologi terapan”-nya.

Teknologi Inovasi yang bisa berjalan kasat mata, pasti hasil dari sebuah landasan Science yang benar. (Wawan Setiawan)

B. Paul Feyerabend, seorang Atheis secara Anarkis menggugat ketatnya methodologi Science, science boleh di konsep diatas methodologi apa saja, konsep Science Empiris/kasat oleh Indera digugat di “Against Method”

C. Filsafat Idealisme vs Materialisme Realitas Obyektif, menurut pembaca, apakah Stochastic-nya karakter Quantum adalah “Interprestasi manusia” atau “Realitas Obyektif Natural Alam”?

D. Leonard Susskind mencari batasan relative dari “pencacahan paling kecil dari sebuah benda” dengan String Theory.

Uraian singkat:

Pemenang Nobel Science Kimia 2023, inventor Quantum Dot, menunjukan bahwa batas antara natural Science dan Teknologi Inovasi semakin tipis.

Science, secara normatif adalah penalaran logis empiris, sedangkan Quantum Dot hanya sebuah konsep “breakthrough thinking batas relative antara” fisika makro dan mikro yang di natural alam tidak ada.

Ketatnya methodologi of Science, berimplikasi hasil lebih presisi, namun di dalam derajad tertentu, cara berpikir terlalu ketat bisa “mematikan” kreativitas untuk melakukan “radikal breakthrough thinking” seperti hipotesa Abiogenesis ataupun Bigbang, atau theory Science baru masa depan.

Baca Lengkap: https://baliooo.wordpress.com/2023/10/26/science-methodologi-dan-paul-feyerabend/

Referensi:

TENTANG KEBENARAN DAN METODE ILMU PENGETAHUAN MENURUT PAUL
FEYERABEND SEBUAH KOMENTAR KRITIS Ashadi Arsitektur UMJ Press

An Introduction to String Theory

Susskind Lectures on String Theory

Methodology of Science an introduction lukáš bielik

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor – PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Kamis, 26 Oktober 2023

—————-

Science, disusun diatas methodologi atau konsep. Pondasi methodologi dari sebuah “kernel” Science, dibuat agar hasil kesimpulan mendekati akurat.

Dahulu, ilmu Logika Yunani Kuno sampai ke ilmu “Mantiq” atau ilmu Logika Islam, belum mengadopsi kesyaratan atau menalar melalui premis harus empiris.

Impactnya, Tuhan memang masih masuk kedalam ranah penalaran didalam ilmu Mantiq.

Kaum Mutazillah adalah kaum Islam yang memuja penalaran, dan Tuhan masih domain didalam penalaran.

Situasi mulai berubah “mencekam” gara gara abad 17 kaum Eropa yang baru saja keluar dari 16 abad “dogma” Kekristenan, John Lock mulai mengkonsep Empirisme sebagai persyaratan premis penalaran, atau persyaratan didalam Logika, atau persyaratan didalam methodologi ilmu.

Dukungan dan radikalisme dari Francis Bacon, Thomas Hobbes dan terutama David Hume membuat era baru bahwa Science harus ber-methodologi Empiris, atau bisa dicapai dengan indera Manusia.

Pertentangan terhadap pemikiran ini juga sengit, Immanuel Kant mempunyai konsep pencapaian bisa melalui akal atau bisa juga dengan empiris.

Akibat masuknya empirisme ke ranah penalaran Logika dan Dialektika ini membuat lahir filsafat baru, filsafat naturalist, materialisme, atheisme, ketiganya dalam domain yang sama.

Abad 20, dan dari Pak Dr. rer. nat. I Made Wiryana, saya mulai dikenalkan dan tertarik konsep berpikirnya philosopher Paul Feyerabend, dari Austria.

Feyerabend seorang penganut Atheism abad 20, uniknya dia menggugat ketatnya methodologi of Science yang salah duanya adalah Rasionalisme dan Empirisme, dua ranah filsafat yang banyak memproduksi atheism.

Secara historis, Atheisme modern Eropa lahir secara radikal melompat setelah era Rasionalisme abad 16, Empirisme abad 17, dan Naturalisme Materialisme abad 18.

Tentunya mayoritas converter atheisme modern adalah kaum Kristian, terutama Eropa era Aufklarung/Pencerahan.

Namun Feyerabend tidak setuju apabila ilmu pengetahuan harus rasional dan empiris ansich, dan secara anarkis, Feyerabend mengkonsep ilmu pengetahuan harus dibebaskan oleh methodologi filosofis yang ketat.

Karyanya yang paling radikal adalah “Against Method”

Feyerabend akibat gagasan ini, dianggap sebagai “musuh Science terburuk”

Saya pribadi, justru berterima kasih terhadap Feyerabend yang sudah menggagas anti methode Science yang sangat ketat termasuk Empirisme.

3 Premis dibawah semoga bisa membangunkan kita, kira kira bagaimana apabila Science di-ikat oleh methodologi yang sangat ketat hanya mengandalkan Rasionalisme Logika Empiris.

A. Quantum Dot gagasan Alexey Ekimov pemenang Nobel Kimia 2023, sudah jelas mengkonsep material yang secara alam tidak ada, material Quantum semi Nano atau vice versa Nano semi Quantum, material berkarakter “seimbang” antara mikro dan makro karena ukuran materialnya memang ranah “antara”.

Sudah jelas Quantum Dot bukan dari penalaran sebuah premis Logika Rasionalisme dan Empirisme, tapi dari sebuah penalaran kreativitas tinggi.

B. Atom, semula dikonsep oleh Demokritus, kemudian John Dalton abad 18.

Jelas mereka berdua secara empiris belum pernah melihat atom, selain konsepsi di pikiran mereka karena kepercayaan benda benda besar selalu bisa tercacah dengan lebih kecil.

Saat ini, era Quantum dengan bahasan partikel elementer, secara radikal oleh Leonard Susskind murid Richard Feynman dengan theory String, bahwa semua tersusun secara mikro oleh vibrasi atau getaran yang “bernyanyi”.

Saat ini tahun 2023, Leonard Susskind juga mendapat Dirac Medal atau Penghargaan “Paul Dirac” dari The Abdus Salam International Centre for Theoretical Physics yang bermarkas di Italia.

Abdus Salam sendiri seorang moslem beraliran Ahmadiah dari Pakistan yang memenangkan Nobel Fisika tahun 1979.

C. Gagasan Abiogenesis, Big Bang dan Evolusi dan karakter partikel Quantum.

Ketiganya sudah jelas bukanlah hal yang empiris karena prediksi terjadinya adalah sekitar 14 milliar tahun yang lalu.

Selain itu watak atau karakter partikel Quantum yang Random sulit masuk kedalam kesyaratan ilmu Logika yang modern harus runtut logis.

Quantum lebih tepat masuk kedalam penalaran “Brownian Motion” oleh Robert Brown pada tahun 1827, dan jauh sebelumnya sudah diulas oleh Lucretius dalam karyanya “De Rerum Natura/On the Nature of Things” abad 99 SM.

Evolusi sendiri melibatkan basis penalaran Mutasi Random, mutasi random yang terjadi secara terus menerus dan lolos seleksi alam adalah transformasi ke proses evolusi.

Proses transformasi kuantitatif ke kualitatif memang ada didalam penalaran Dialektika, tapi tidak spesifikasi bahwa ini juga bisa terjadi oleh proses yang random.

———

Sekarang ini, abad 21, cara pandang alam kita sudah semakin kaya, ada Fisika Makro, dan Mikro/Quantum, Relativitas, ada Logika (empiris/non-empiris), Dialektika (empiris/non-empiris), Quantum Stochastic, Evolusi dan Random Mutasi, filsafat Idealisme vs Materialisme.

Idealisme adalah filsafat yang membahas bahwa kebenaran terikat oleh interprestasi manusia, Werner Heisenberg adalah fisikawan Quantum penting penganut aliran ini, sehingga ketika berhadapan dengan Quantum theory, Werner menjelaskan “Realitas Obyektif” adalah Ilusi manusia, sedangkan Albert Einstein menyangkalnya bahwa fisika harus tetap berdiri diatas pengamatan “Realitas Obyektif”.

Existnya Gravitasi, mudah di terka adalah “Realitas Obyektif”, namun Quantum Stochastics menurut Anda apakah seperti pendapat Heisenberg yang tetap memilih menggunakan kalimat “Interprestasi Kopenhagen” atau Quantum tetap berada di ranah Realitas Obyektif?

Derajad Kreativitas untuk Inovasi atau Invensi

Derajad Kreativitas untuk Inovasi atau Invensi

Baca lengkap di: https://baliooo.wordpress.com/2023/10/24/derajad-kreativitas-untuk-inovasi-atau-invensi/

Link yang berkaitan:

Karakter Physics, Relativitas, dan Abiogenesis:

Quantum Dot

Neural Network dan Entanglement

Scientific philosophy, Akulturasi budaya dan Kompleksitas Perspektive Modern Science

Permanent Revolusi Pendidikan

Artificial General Intelligence (AGI)

Signifikansi Inovasi Teknologi

Kreativitas atau saya lebih suka menyebutnya sebagai “radikal breakthrough thinking”, telah banyak mengubah dunia dan peradaban.

Inovasi Ipod, Ipad, Iphone dari Apple, telah mengubah peta kekuatan ekonomi dunia dari dominasi ekonomi material tambang minyak Exxon Mobile, telah diambil alih oleh Apple sejak sekitaran tahun 2012.

Kekuatan ekonomi Apple, valuasinya sekitar 2x GDP negara Indonesia, cash yang mereka punyai, juga hanya sedikit sekitar usd 10b dari cadangan devisa negara sebesar Indonesia dengan 270 juta penduduk.

Selain itu, radikal breakthrough thinking oleh Georges Lemaitre, seorang ilmuwan fisika theorities dan pastor Katolik dari Belgia dalam mengkonsep Big Bang, sebagai proses awal terciptanya alam semesta, hanya butuh sekitar 2 tahun untuk mendapatkan dukungan kuat fundamental math modellingnya dari Alexander Friedmann dari Russia sehingga menjadi konsep saintifik terkuat saat ini terhadap proses terciptanya alam semesta dan menjadi mudah didalam pembuktian saintifiknya.

Selain itu, Abiogenesis, Quantum Dot, sampai perkembangan AI yang sudah berada di fase RLAIF, atau proses trainingnya sudah bisa dilakukan oleh AI sendiri, juga merupakan terobosan luar biasa di ranah teknologi inovasi.

Sebelum abad 19, inovasi dimulai dari science terlebih dahulu, untuk digunakan aplikasinya ke sektor teknologi inovasi, namun di era perkembangan AI yang sangat cepat, petanya telah berubah bahwa teknologi khususnya AI yang akan meng-inovasi science atau melakukan pembuktian hipothesis sangat sulit dan spekulatif seperti Abiogenesis.

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor – PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Selasa, 24 Oktober 2023

“Imagination is more important than Knowledge”

(Albert Einstein)

“Creativity is just connecting things”

(Steve Jobs)

“Creativity, genuine power to change the World”

(Wawan Setiawan)

Tahun 2012, di SBOtv Live Surabaya di jam prime time 19.00-20.00 durasi 1 jam, saya pernah membawakan tema “Science, Technology dan Innovation”

Mungkin banyak yang salah memahami bahwa inovasi hanya berada di ranah teknologi saja.

Inovasi atau breakthrough thinking, di siaran live tersebut saya bahas dimulai dari breakthrough thinking di level science terlebih dahulu, baru kemudian disusul dengan breakthrough thinking di ranah teknologi.

Dasar dari breakthrough inovasi science dan teknologi, tentu harus memahami atau penguasaan ilmunya secara fundamental, penguasaan ilmu tidak harus orang yang sama, konseptornya memang bisa tanpa penguasaan ilmu fundamental, tapi eksekutornya wajib didalam penguasaan ilmu fundamental.

Inovasi paling valuable ekonomi saat ini, adalah inovasi dari Steve Jobs Apple, yaitu Ipod, Ipad, dan Iphone.

Inovasi ini memang membuat valuasi Apple skyrocket mengambil alih Exxon Mobile menjadi perusahaan terbesar di dunia dan sampai sekarang Apple masih menjadi korporasi publik terbesar di dunia dengan kapitalisasi sekitar usd 2.7 T.

Sebagai perbandingan, GDP Indonesia tahun 2022 hanya sekitar usd 1.3 T , atau setengahnya dari Apple.

Apabila diukur dari kekuatan uang cash/cadangan devisa, Indonesia mempunyai sekitar usd 137b, sedangkan Apple 125b, negara Amerika lebih “mengerikan” hanya mempunyai cash sekitar usd 36b.

Sekitar 51% pendapatan Apple disumbang dari penjualan Iphone yang saat ini sudah di versi 15.

Secara sudut pandang inovasi, Steve Jobs boleh dikatakan sangat jenius, membuat sebuah karya “state of the art” menggabungkan teknologi tinggi komunikasi phone, komputasi, kamera digital, alat pemutar musik, cloud, AI Siri, dlsb, ditunjang dengan selera seni-nya.

Inovasi ini mengubah dunia, Android meski lebih besar marketnya, tapi dalam status follower, bahkan UI Android mirip dengan Iphone dan terbukti Samsung terkena denda paten.

Steve Jobs adalah konseptor Innovator teknologi, dengan filosofi bahwa DNA Apple adalah DNA menggabungkan teknologi, seni dan humanisme yang membuat hati kita selalu bernyanyi.

Eksekutornya adalah Steve Wozniak. Di Microsoft, Bill Gates dan Paul Allen sama sama seorang geek IT Teknologi, tapi Paul Allen lebih kuat ranah teknikalnya.

Google, didirikan oleh Larry Page dan Sergey “Mikhailovich” Brin, Brin lebih kuat dalam hal pengembangan teknologi sehingga menjadi komandan Google-X, divisi riset iptek untuk Google dan Negara Amerika secara rahasia.

Namun saat ini, inovasi sudah tidak harus berasal dari science terlebih dahulu, proses “reversible” justru saat ini didominasi oleh ranah teknologi, misal dalam membuktikan proses science Big Bang sekitar 13.8 billion tahun yang lalu menggunakan teknologi partikel accelerator dan collider plus bantuan AI di CERN LHC.

Rencana membuktikan pencarian mundur evolusi dan mutasi beserta membuat artifisialnya, juga sudah ada dengan teknologi AI yang terus berkembang cepat.

Khusus untuk Abiogenesis, sangat sulit karena sudah terjadi perbedaan material yang sangat banyak, pendekatan termungkin adalah menggunakan simulasi AI dengan input data harus seakurat mungkin mensimulasikan material Abiogenesis di sekitar 3.5 4 milliar tahun yang lalu.

Perbedaan mendasar kesulitan dari pembuktian Big Bang dan Abiogenesis adalah Big Bang mempunyai material mendasar golongan besar hanya Fermion dan Boson, sedangkan Abiogenesis membutuhkan material skala makroskopik yang sudah sangat beragam sekali.

Derajad radikalisme “breakthrough thinking”

Saya akan mengulas derajad kreativitas, breakthrough thinking, atau radikalisme thinking yang telah berhasil atau potensial mengubah peradaban masa depan dunia.

a. Invensi Listrik oleh Thomas Alfa Edison dan Nikola Tesla.

Edison mengatakan, invensi adalah suatu kesuksesan dari percobaan ribuan kegagalan. Edison akhirnya berhasil invensi listrik DC (arus searah) sedangkan partnernya Nikola Tesla invensi derajadnya lebih sulit mengkonsep listrik AC (arus bolak balik).

Listrik, sejak 600 tahun sebelum masehi sebenarnya sudah ditemukan oleh Thales dari Yunani.

Selain itu listrik tersedia dari natural alam, selain petir, sampai listrik statis yang juga dimiliki oleh tubuh biologis manusia.

Invensi listrik, tetap harus diakui sebagai invensi sangat luar biasa meski natural alam juga telah menunjukan cara kerjanya.

b. Proses penciptaan alam semesta.

Theory penciptaan alam sebenarnya cukup banyak.

Philosopher seperti Immanuel Kant, membuat karya tentang Nebula didalam menyusun hipotesis proses terciptanya alam.

Selain itu ada juga theory Bintang Kembar.

Namun Big Bang yang mulai dikonsep oleh Georges Lemaitre secara radikal breakthrough thinking, adalah seorang ilmuwan dan pendeta Katolik dari Belgia pada tahun 1920, mempunyai dukungan sangat kuat oleh Alexander Friedmann dari Russia di tahun 1922, karena Friedmann berkontribusi membuat math modelling-nya.

Friedmann sendiri berkontribusi math modelling Big Bang dari General Relativity-nya Albert Einstein yang telah terbit di tahun 1905.

Pandangan kuno bahwa alam semesta static, juga digugurkan oleh radikal breakthrough thinkingnya Einstein yang mengatakan alam semesta terus berkembang/expanding dan saat ini diduga kecepatan expandingnya malah lebih cepat daripada kecepatan cahaya.

c. Theory Abiogenesis.

Alexander Oparin dari Russia, mengawali membuat radikal breakthrough thinkingnya hipotesis di bukunya “Origins of Life” yang terbit pada tahun 1936, mengkonsep bahwa material biologis berasal dari material “mati” lainnya yang terkena sengatan listrik diduga berkekuatan minimal 1 milliar volt pada sekitar 4 miliar tahun yang lalu.

Hipotesis ini memang cukup spekulatif namun kekuatan “breakthrough thinking-nya” sangat kuat.

Ilmuwan sudah mempunyai rencana menggunakan AI Regresi berbasis komputer Quantum atau menggunakan AI berbasis Quantum Neural Network untuk melacak ulang hipotesis ini.

d. Quantum Dot.

Quantum Dot adalah invensi radikal breakthrough thinking dari Alexey Ekimov dari Russia. Quantum Dot adalah material dalam skala ukuran relative di perbatasan antara nano semikonduktor dan Quantum Photonic.

Secara natural, material ini tidak ada, Ekimov mengkonsep Quantum Dot mempunyai 2 karakter berimbang dari makroskopik dan mikroskopik sekaligus dan memang secara skala natural implikasinya akan seperti itu, sehingga karakter photonic dan karakter elektronis menjadi properti dari material Quantum Dot.

Aplikasi umumnya saat ini teknologi LED, LCD, Laser, dan masih banyak lagi.

e. Perkembangan AI.

AI semula dikembangkan dari cara kerja kognisi otak manusia, namun saat ini AI sudah dirancang dengan konsep artifisial jaringan syaraf manusia atau Artificial Neural Network yang elementer dasarnya direpresentasikan oleh Perceptron.

Perkembangan teknologi Komputasi Quantum, bisa jauh lebih mendekati dan sangat cepat didalam simulasi neural network manusia/QNN yg bisa berentangled secara Quantum.

Pemrosesan Perceptron secara Qubit juga telah merepresentasikan simulasi entangled neural neuron manusia secara “real”.

Namun, yg sulit diduga adalah radikal breakghrough thinking bahwa AI telah dirancang dan dikonsep untuk melakukan pendekatan terhadap semua kecerdasan manusia, dari proses human training/RLHF sudah mulai digantikan oleh RLAIF, sampai Deepdreaming atau algoritma Generative Latent Stable Diffusion yang melakukan pendekatan artifisial terhadap kecerdasan seni manusia.

Yang juga radikal breakthrough thinking dari ranah AI, adalah rencana penggunaan AI untuk menganalisa dan melakukan therapi terhadap penyakit mental manusia melalui Brain Computer Interface.

Di masa depan, kita akan jauh lebih banyak menyaksikan radikal breakthrough thinking di ranah science dan teknologi inovasi, sehingga kecerdasan jenis ini, atau kecerdasan kreativitas adalah sudah menjadi kebutuhan kecerdasan “wajib” manusia masa depan.

Artificial General Intelligence (AGI)

Artificial General Intelligence (AGI)

Catatan Pendek Wawan Setiawan

Senin, 23 Oktober 2023.

Saat ini AI juga mulai bergerak ke ranah AGI atau Artificial General Intelligence.

Konsep “general” harus kita pahami terlebih dahulu secara filosofis, komputasi general dikonsep oleh Alan Turing.

Konsep general purpose, memang plus minus, bisa mengerjakan semua tugas komputasi secara umum dengan rata rata kecepatan yang tinggi.

Konsep ini di komputasi klasik, sebenarnya sudah lama terpecah juga.

Komputasi klasik mengenal konsep CISC (Complex Instruction Set Computer) dan RISC (Reduced Instruction Set Computer).

Konsep CISC memang dibuat dengan tujuan unggul untuk general purpose, dan RISC untuk spesifik tugas.

“Dogma” komputasi ini juga menjerat komputasi Quantum. Saat ini ada juga komputasi Quantum yang dirancang untuk general purpose, sebutan mereka “Universal Quantum Computer” atau “Quantum Turing Machine”

Saat ini, konsep Artifisial General Intelligence sedang giat untuk dikembangkan.

Microsoft berbasis GPT-4 saya lihat saat ini adalah korporasi raksasa yg paling giat didalam mengembangkan Artificial General Intelligence.

Proses “general”, akan efektif jika tersusun dari level paling mendasar komputasinya, misal prosesor CISC ditunjang oleh algoritma di level software.

Namun sekali lagi, apabila kita memahami sistem paling mendasar bekerjanya komputasi, saat ini, pasca Quantum sudah terbelah antara prosesor silicon yang digunakan untuk switching on/off elektronis, dan prosesor Quantum yang secara native justru bekerja sebaliknya, yaitu Randomness.

Secanggih canggihnya teknologi AGI berbasis komputasi klasik, mereka punya kelemahan mendasar, yaitu memproduksi random number, dimana AI modelling Generative untuk memproduksi karya seni berbasis text, image atau video, mempunyai peran sentral untuk memproduksi proses random sebelum proses “discriminator” seleksi data outputnya.

Sudah menjadi rahasia umum apabila Chatgpt kurang kompatibel untuk fungsi fungsi khusus seperti pekerjaan saintifik, mathematic dan kecerdasan random data.

Namun nilai tambah AGI juga ada, setidaknya untuk RLAIF (Reinforcement Learning from Artifificial Intelligence Feedback) memang membutuhkan kecerdasan secara umum.

Referensi (hanya bisa dibaca apabila klik artikel sumber):

Sparks of Artificial General Intelligence: Early experiments with GPT-4

ChatGPT is a Remarkable Tool—For Experts

Artificial General Intelligence: Concept, State of the Art, and Future Prospects

Teknovasi – Take u to the Future – https://teknovasi.org

Sponsor – PT. Equnix Business Solutions – https://equnix.asia

Untuk subscribe notifikasi artikel terbaru Teknovasi silakan subscribe ke – https://baliooo.wordpress.com